UAS merupakan momok bagi mahasiswa seperti saya, apa lagi kalau uasnya oral. Asdos mengusulkan Uasnya adalah oral test, dalam pikiran saya "gue harus banyak latihan, biar jago oral". Merinding, meriang, melintang, melontang, melankolis, yang saya rasakan saat itu. "Waduh bagaimana gue menghadapi oral test ini, wong uas tertulis aja gue berasa di oral" dalam benakku.
Hari oral test pun tiba, tubuhkupun menggeliat tak sabar. Oral test dilakukan menurut absen, jadi mahasiswa yang absennya tidak diawal sudah lebih siap digilir. Giliranku pun tiba.
Kubuka pintu pelan-pelan,kulihat dalam-dalam, dan kulihat enam pasang mata yang sudah siap mengtest oralkan diriku. Dosen bertanya," kamu siapa?" ya saya siapa tegasku. "Mbak dan mas siap?" lalu dosenpun minum teh hijau.
Pertanyaan-pertanyaan pun diluncurkan, hingga suatu ketika detak jantung dan pikiran sudah tak menentu. Timbul inisiatif, "mas dan mbak bolehkah saya bersila?". Dan dosen penguji menyetujuinya, ujian lisan pun (oral test)dilakukan dengan posisi bersila berasa acara lamaran kepada pihak keluarga calon istri. Oral test pengalamanku yang tak terlupakan.
Sedikit pesan dari saya, sedikit sedikit jadi bukit. Maka rajin-rajinlah menabung.
Pertanyaan-pertanyaan pun diluncurkan, hingga suatu ketika detak jantung dan pikiran sudah tak menentu. Timbul inisiatif, "mas dan mbak bolehkah saya bersila?". Dan dosen penguji menyetujuinya, ujian lisan pun (oral test)dilakukan dengan posisi bersila berasa acara lamaran kepada pihak keluarga calon istri. Oral test pengalamanku yang tak terlupakan.
Sedikit pesan dari saya, sedikit sedikit jadi bukit. Maka rajin-rajinlah menabung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar